21 Mar 2014

Pemilu: Pemimpin yang Dicalonkan Bukan Mencalonkan

Setiap kelompok minimal terdiri dari tiga orang haruslah ada seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin mereka, begitulah aturannya. Terlebih lagi suatu bangsa besar tempat berpijaknya kaki dari jutaan rakyat, wajiblah memiliki seorang pemimpin sebagai orang nomor satu. Seseorang pemimpin yang adil yang memperhatikan nasib kesejahteraan rakyatnya.


Memang sangat sulit memilih pemimpin yang menyandang kriteria-kriteria sebagai seorang pimpinan sejati pada jaman sekarang. Telah banyak godaan yang datang silih berganti dari luar maupun dari dalam individu sang pemimpin. Kursi pemimpin sekarang malah jadi rebutan seperti halnya perlombaan. Permainan modal juga jadi unsur yang cukup menentukan siapa pemenang yang akan mengibarkan bendera kebesaran pemimpin.

Kepercayaan rakyat diibaratkan anak kecil yang dibeli hanya dengan memberikan permen untuk kesenangan sesaat dengan embel-embel kesejahteraan ke depannya. Politik uang dipercaya sebagai solusi dalam hal pemilihan seorang pemimpin. Rakyat dapat dikendalikan pergerakannya dengan materi yang cukup untuk promosi dadakan calon pemimpin. Hal ini mengakibatkan apabila calon tersebut benar-benar terpilih menduduki kursi kekuasaan maka akan mencari ganti dari usaha-usaha yang sebelumnya bisa dibilang pelican mencapai singgasana. Istilahnya ingin balik modal. Sehingga pada saat menjabat pemimpin tersebut tidak melaksanakan kewajibannya. Bahkan tidak sempat memikirkan hak-hak rakyatnya. Miris sekali memang, ketika bangsa memiliki pemimpin yang kontras berubah 180 derajat dari visi misi awal yang bisa dikatakan sangat mulia menjadi sosok musuh dalam selimut bangsa yang nyata. Karena kursi kepemimpinan yang diperolehnya dengan cara tidak sehat yang berdampak pada seluruh aspek pemerintahan.
Tidak semua calon pemimpin melakukan cara-cara seperti tersebut. Masih ada pastinya pemimpin yang benar-benar jujur dan adil. Amanah pada visi misi mulia awal. Namun, sangatlah jarang. Mungkin dapat dihitung dengan jari, satu dibanding seribu.


Seorang pemimpin sebenarnya merupakan seseorang yang dipilih rakyat karena telah dicalonkan. Bukan seorang yang malah mencalonkan diri sebagai pemimpin. Jadi tidak ada unsur ego kekuasaan. Itu pun juga ditanya kesanggupannya dan kesediaannya dicalonkan. Apabila tidak ada pilihan lain, maka orang tersebut maju sebagai pemimpin dan mendapat amanah yang sebenarnya. Sehingga jikalau ada masalah menghadang sang pemimpin, akan banyak tangan-tangan terbuka bersedia membantu di belakangnya.

Kembali lagi pada diri kita masing-masing bagaimana cara terbaik untuk menyikapi. Kita mempunyai hati yang selaras dengan kebaikan tentunya. Kita mengetahui bahwa pemimpin bukanlah hasil dari kampanye-kampanye tertentu yang instan waktunya. Tetapi, pemimpin yang memang memiliki kapasitas mumpuni di mata rakyat. Sudah terkenal sepak terjangnya terjun di dunia kalangan bawah. Bukan yang ikut turun di pinggiran hanya kalau pas ada maunya saja. Pemilu Indonesia RI 1 2014.